Hari ini Umat Muslim bersuka cita karena menyambut tahun baru Islam 1437 Hijriah. Pergantian tahun ditandai dengan pergantian bulan Dzulhijjah menuju bulan Muharram atau dikenal juga dengan nama Bulan Suro. Di Indonesia Bulan Suro terkenal unik karena memiliki makna yang cukup sakral dan keramat. Bagi golongan tertentu, Bulan Suro sangat identik dengan nuansa mistis dan dianggap membawa sial. Orang-orang dilarang menyelenggarakan pesta penikahan, pindah rumah, serta hajatan lainnya.
Kegiatan ini dipercaya akan mendatangkan bencana dan musibah bagi mereka yang tetap melakukan. Meski sudah hidup pada era modern, kepercayaan tentang keangkeran Bulan Suro masih dipegang erat hingga kini. Mengapa kepercayaan ini bisa berkembang begitu kental? Berikut ini alasan kenapa Bulan Suro terkenal angker.
Kepercayaan terhadap keangkeran Bulan Suro sepertinya sudah mengakar dan tidak diketahui dari mana asal mulanya. Namun beberapa pihak berspekulasi bahwa kepercayaan ini tumbuh karena adanya asimilasi budaya Hindu dan Islam dan memunculkan isme baru yaitu paham kejawen. Salah satu yang diduga kuat menjadi latar belakang dari kangkeran bulan ini adalah sejarah zaman kerajaan tempo dulu. Terutama di daerah Jawa, sebagian keraton selalu mengadakan ritual memandikan pusaka keraton setiap malam 1 Suro.
Ritual yang dikenal dengan ritual menjamas pusaka keraton ini dahulunya merupakan sebuah tradisi yang menyenangkan bagi masyarakat. Pasalnya zaman dahulu sangat minim hiburan sehingga ritual ini akan menjadi daya tarik tersendiri kala itu. Dengan kekuatan karisma keraton maka dibuatlah stigma tentang 'angker' bulan Suro. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak membuat hajatan pada bulan ini sehingga menyebabkan sepinya ritual yang diadakan keraton. Atau dengan kata lain keraton bisa kalah pamor jika warganya menyelenggarakan hajatan khususnya pernikahan.
Jika hal ini terjadi, maka akan berdampak pada kurangnya legitimasi dan kewibawaan keraton, yang pada saat itu merupakan sumber segala hukum. Tradisi memandikan keris dan pusaka ini juga menjadi ajang untuk memupuk kesetiaan rakyat kepada Keraton. Mitos tentang angkernya Bulan Suro terus diserukan oleh para abdi keraton agar rakyat percaya sehingga tidak mengadakan kegiatan yang bisa menganggu acara keraton. Ternyata hal ini membawa ketakutan di benak masyarakat dan mendarah daging hingga saat ini.
Bahkan tidak hanya masyarakat Jawa saja, beberapa suku di Indonesia juga menghindari melakukan sesuatu yang bersifat duniawi pada bulan ini karena takut ketiban sial. Hal ini tentu berbeda dengan pandangan Islam terhadap Bulan Muharram ini. Tindakan menganggap suatu waktu adalah sial merupakan tindakan mencela waktu dan tidak disukai Allah SWT. Padahal Allah adalah sang pemilik waktu. Dalam sebuah riwayat Nabi Muhammad SAW menjelaskan bagaimana marahnya Allah ketika hambanya mencela waktu.
”Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000) Anggapan sial dalam agama disebut dengan istilah tathoyyur. Istilah ini muncul karena orang Arab yang dahulu biasanya mencela masa (waktu). Dalam An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shohih Muslim (7/419) disebutkan, orang Arab biasanya mencela masa (waktu) ketika tertimpa berbagai macam musibah seperti kematian, kepikunan, hilang (rusak)-nya harta dan lain sebagainya sehingga mereka mengucapkan ’Ya khoybah dahr’ (ungkapan mencela waktu,) dan ucapan celaan lainnya yang ditujukan kepada waktu.
“Tidak ada di antara kita yang selamat dari beranggapan sial. Menghilangkan anggapan sial tersebut adalah dengan bertawakkal.” (HR. Abu Daud no. 3912. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 429) Ingatlah bahwa setiap kesialan atau musibah yang menimpa, sebenarnya bukanlah disebabkan oleh waktu, orang atau tempat tertentu! Namun, semua itu adalah ketentuan Allah Ta’ala Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.Perhatikanlah firman Allah ’Azza wa Jalla (yang artinya), ”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syuraa [42] : 30)
Sumber :
KOTAK KOMENTAR
|
ARTIKEL TERKAIT
Alam
- Ternyata, Musibah Asap Sudah Ada dalam Alquran
- Apa yang Terjadi Jika Bulan Menabrak Bumi?
- Bukit Puting, Dari Mana Nama Ini Berasal?
- Penemuan-Penemuan Paling Hebat Sepanjang Sejarah
- Wow! Warga Digegerkan Kemunculan Kota di Atas Awan Ini! Ada Apa Gerangan?
- Di Australia Tiba-tiba Muncul Lubang Sangat Besar! Pertanda Kiamat?
- Tempat Wisata Mengagumkan di Dunia
- Foto Santorini Yang Akan Membuatmu Semakin Ingin Terbang ke Yunani!
- Jalanan Paling Berbahaya di Dunia, Yang Tidak Kita Ketahui
- Dua Jawaban Rasul Ketika Ditanya Jibril tentang Ciri Hari Kiamat
Sejarah
- Harus Tau! 7 Fakta Menarik Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
- Jasad Sahabat Nabi Muhammad Ditemui masih Berdarah Walau Sudah Lebih 1400 Tahun
- Kisah Bung Karno Marahi Guntur karena Ngetrek di Kebayoran
- Bukit Puting, Dari Mana Nama Ini Berasal?
- Bule asal AS mengaku cucu Soekarno, ingin pulang ke Indonesia
- Kisah Nyata, Pedagang Sate Ini Dapat Resep dari Makhluk Gaib
- Mengapa Nabi Muhammad di Peringkat Pertama 100 orang Paling Berpengaruh?
- 11 Penemuan Mengagumkan Oleh Bangsa China
- 5 Jenderal Perang Paling Mematikan Sepanjang Sejarah
- 6 Orang-orang Berdarah Tionghoa yang Berjasa Besar Untuk Indonesia
- Ada Sosok Bandit Terbesar Amerika, Foto Ini Bernilai Rp 66 Miliar
Pengetahuan
- Kebiasaan di Indonesia yang Bikin Negara Kita Nggak Maju-maju
- Trik Psikologi Yang Wajib Kamu Tahu Untuk Bikin Hidup Lebih Praktis
- Alien Akan Menginvasi Bumi, Kata Stephen Hawking
- 7 Kebiasaan buruk cewek saat nyetir kendaraan
- Kelakuan memalukan orang kaya di Jakarta, berharta tapi tak beretika
- Organ Intim Wanita Keluarkan Bunyi Setelah Berhubungan Bercinta Ini Penjelasannya
- Jenius, Gadis SMP Ciptakan Listrik Sekaligus Air Segar
- Inikah Fakta-fakta BPJS yang Menipu Rakyat Indonesia?
- Ini dia Bandara Udara Pertama di Dunia
- Bukti Illuminati memang nyata dan ada di sekitar kita, waspadalah!
No comments:
Post a Comment