Kabut asap yang melanda Pulau Kalimantan dan Sumatera sudah berlangsung
sekitar empat bulan. Total lahan yang terbakar di dua wilayah tersebut
menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencapai 1,7
juta hektar.
Musibah ini menimbulkan kerugian besar bagi swasta dan pemerintah.
Berdasarkan data dari Center for International Forestry Research
(CIFOR), kerugian akibat kabut asap mencapai Rp200 trilliun. Jumlah ini
hanya perhitungan kasar dilihat dari dampak ekonomi, tanaman yang
terbakar, air tercemar, penerbangan dan juga korban jiwa.
Kondisi ini diperparah dengan kemarau panjang yang melanda negeri ini.
Berbagai upaya dilakukan untuk memadamkan api, namun asap yang tidak
kunjung hilang. Bahkan masyarakat dan Pemerintah Daerah juga menggelar
salat Istisqa untuk meminta hujan, akan tetapi hujan juga tidak kunjung
datang.
Lantas benarkan asap ini merupakan faktor alam atau faktor kelalaian
manusia saja? Atau asap ini layaknya azab yang diterima kaum terdahulu
karena dosa kepada Allah SWT? Ternyata musibah asap ini sudah dijelaskan
dalam Alquran. Semua musibah dan bencana besar yang menimpa manusia
selalu terkait dengan kekufuran atau keingkaran manusia.
Dalam Al-Qur'an Surah At-Taghabun ayat 11 Allah SWT berfirman yang
artinya, "Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali
dengan izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia
akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui
segala sesuatu." Surah At-Taghabun ayat 11 .
Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila
umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah)
ditimpakan kepada mereka bencana. Apabila telah berlaku perkara-perkara
tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah
(kebakaran), tenggelamnya bumi dan apa yang di atasnya ke dalam bumi
(gempa bumi dan tanah longsor), dan perubahan-perubahan atau
penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain.” (HR.
Tirmidzi, 2136).
Dalam QS. Ad-Dukhan ayat 9-11 Allah berfirman: “(Mereka tidak meyakini
kebenaran yang dijelaskan kepada mereka), bahkan mereka masih tenggelam
dalam keraguan sambil bermain-main (Dalam Urusan Agama). Dan Tunggulah,
pada hari ketika langit membawa kabut asap yang tampak jelas. Yang
meliputi seluruh manusia dan inilah azab yang pedih”. (Q.S Ad-Dukhan
ayat 9-11)
Para mufasirin (ahli tafsir) berpendapat bahwa “Dukhan” tersebut adalah
kabut asap yang meliputi manusia ketika neraka mendekat kepada
orang-orang yang berdosa.
Azab-azab suatu kaum sudah banyak terjadi pada umat terdahulu yang
diungkapkan dalam Alquran. Azab tersebut menewaskan suatu kaum hingga
tidak bersisa. Boleh jadi azab kabut asap bisa menyusahkan manusia,
mendatangkan penyakit dan berbagai kesusahan lainnya.
Allah SWT dengan jelas dan tegas mengatakan musibah yang menimpa manusia
itu penyebabnya perbuatan manusia itu sendiri. Musibah kabut asap yang
terjadi bukan buat yang pertama. Fakta yang ada bencana kabut asap sudah
rutinitas, setiap tahun berulangkali terjadi.
Penyebabnya juga sudah diketahui, sudah terdeteksi yakni akibat land
clearing dari sejumlah perkebunan besar. Firman Allah SWT itu terbukti
akibat perbuatan manusia sehingga manusia harus bertanggungjawab.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rum ayat 41-42 yang artinya,
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah:"Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (Ar-Rum ayat 41-42)
Allah SWT mengingatkan manusia dalam Al-Qur'an Surah Hud ayat 3 yang
artinya, "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu
yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)." (Q.S.Hud
ayat 3).
Sumber :