Thursday 22 October 2015

Tak Perlu Lagi Mengkhayal. Jadilah Ayah Yang Penuh Komitmen




komentar | baca - tulis komentar

best dad

Berikut ini adalah fantasi umum di antara para ayah. Kamu bangun tidur di Sabtu pagi sekitar pukul sepuluh. Kamu hanya membuka mata sejenak, lalu kembali tertidur. Ketika bangun di siang hari, kamu sedang melingkar bersama Pevita Pearce. Kamu mengajaknya makan sambil membaca koran. Kemudian dengan malas, membayangkan apa yang akan kalian lakukan di sore hari. Kamu membayangkan hal yang menyenangkan. Mungkin ke disko atau apa saja. Sekitar jam makan siang di hari Minggu, ketika Pevita pergi, ponselmu berdering. Wah, dari Julie Estelle! Mengacu pada riset sosial-ilmiah, 88% ayah memiliki fantasi dengan versi seperti ini.

Bagaimana pun, tentu saja hal ini bukan cara yang benar untuk disebut berpengalaman menjadi seorang ayah. Istri mana pun mungkin akan maklum, tetapi mereka akan berkata bahwa yang dibutuhkan seorang ayah adalah menerima hidup yang dimiliki. Berhenti membayangkan bahwa kamu punya kehidupan lain, di dunia paralel, kamu adalah seorang agen bebas dan bukan seorang ayah kurus tak menarik. Menyampingkan fantasi akan membuatmu lebih bahagia, mungkin itu perkataan istrimu.

real father

Bukan hal yang mudah. Generasi pria saat ini dibesarkan di masa lalu dengan kepercayaan bahwa meskipun memiliki anak, mereka tak mengganggu kehidupan ayahnya. Kamu bisa melakukan hal-hal kesukaan, berkarir, jalan-jalan keliling dunia, bertemu teman, dan pulang ke rumah di sore hari melihat anak-anak bermain gembira di rerumputan sebelum naik ke tempat tidur. Segala hal berkaitan dengan pengasuhan sudah dikerjakan dengan penuh syukur oleh sang istri.

Rasanya hal di atas tak berlaku saat ini. Kita hidup di era hyper-parenting dan “ayah super” yang ketika dia tak ingat janji dengan dokter gigi anak-anak, dia bangun sebelum subuh hanya untuk menghentikan perang guling di kamar sebelah. Setiap kali dia melakukannya, saat melirik ke luar jendela membayangkan matahari terbit dan wajah istri yang sudah kusut sejak pagi, dia mengerang mengingat kehidupan sebelum menikah. Dia mengingat beberapa akhir pekan menyenangkan di usia 20. Pendeknya, dia berfantasi tak menjadi seorang ayah. Dia juga berkhayal tentang kehidupan setelahnya: mungkin 20 tahun dari sekarang, ketika anak-anak akan tidur selepas subuh, mungkin di rumah masing-masing.

daddy ballet

Dan semua khayalan itu menyakitkan. Aneka gambaran hidup selain yang dijalani membuat dunia ayah terasa tak tertahankan. Beberapa ayah dengan bodohnya melarikan diri dan menyerah ke dalam pelukan wanita muda — bahkan ada yang merupakan versi lebih jelek dari istrinya. Memang terasa seperti sebuah kebebasan, untuk beberapa minggu, sampai saat mengerikan itu datang. Si wanita muda itu biasanya berceloteh, “Tidakkah kamu membayangkan anak kita akan terlihat cantik?” Maka kejadian subuh akan terjadi lagi, hanya saja dengan balita yang berbeda.

Lantas bagaimana menghentikan khayalan tentang kehidupan lain? Pernah dengar slogannya Margaret Thatcher (mantan PM Inggris): “TINA – There Is No Alternative”. Tak ada alternatif. Ketika ada jeritan kesakitan dan suara berdentam dari kamar sebelah di Sabtu pagi. Tak ada alternatif, ketika membayangkan kemungkinan menghabiskan waktu bersama Pevita. Hanya ada hidup ini, bersama istri yang nyata dan anak-anak yang selalu berkeliaran. Karena memang tak ada alternatif lain.



Sumber :

KOTAK KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...