Sebuah perusahaan pengembang merasa kesulitan membujuk seorang petani tua untuk meninggalkan rumah dan tanahnya untuk pembangunan perumahan. Menyerah, pengembang itu tetap membiarkan rumah Xiao Ming (52), petani tua itu dan Yin Yangju (52) istrinya untuk tetap tinggal.
Namun, tanah disekitarnya tetap digali sedalam 1,5 meter dan selebar 1,5 meter. Tentu saja hal ini menjadi masalah baru bagi petani tua itu, ia tak diberi akses untuk jalan. Ia pun harus turun ke tanah galian itu dan naik ke atas jika ingin bepergian.
Pasangan petani tua ini terpaksa harus melewati parit untuk bisa keluar dan masuk rumahnya. (shanghaiist).
Yin dan Xiao telah menempati rumah yang berlokasi di desa luar wilayah Wuhan lebih dari tigapuluh tahun. Beberapa tahun belakangan, perusahaan pengembang mencoba untuk mengambil tanah dan rumah mereka untuk dihancurkan dan menjadi perumahan moderen, pengembang pun berjanji akan memberikan sejumlah uang kompensasi. Dinilai terlalu rendah, pasangan petani itu menolak untuk memberikan tanah dan rumahnya. Mereka tidak mau menandatangani surat perjanjian.
Rupanya, sikap keras kepala dua petani itu membuat pengembang frustasi dan mengirim sebuah excavator untuk mengeruk tanah untuk dijadikan parit di sekitar rumah mereka kemarin Sabtu (10/10/2015) sore. Kerukan itu pun begitu besar sehingga mereka susah untuk melewatinya.
Menanggapi pertanyaan media, pihak kepala desa mengatakan ia tidak tahu siapa yang mengirim excavator itu. " Saya hanya berada dikantor dan tidak tahu siapa yang melakukannya," katanya.
Berkat bantuan dari pemerintah daerah, pengembang tersebut sudah membongkar sebanyak 545 rumah di daerah tersebut dan hanya 4 rumah yang tetap bertahan, salah satunya rumah pasangan petani tua ini. Namun, menurut warga yang telah menyerahkan rumah mereka mengatakan bahwa dana kompensasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. "Dana kompensasi begitu kecil, dan tak sesuai. Kini kami kesulitan mencari tempat tinggal," kata salah satu warga.
Sumber :
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment