Tuesday 20 October 2015

Kisah Lengkap Perjuangan Eko Nekat Berlari Menerjang Api Gunung Lawu




komentar | baca - tulis komentar

Kisah Lengkap Perjuangan Eko Nekat Berlari Menerjang Api Gunung Lawu

Tujuh pendaki tewas akibat kebakaran hutan di Gunung Lawu. Lima di antaranya telah diidentifikasi. Berdasarkan informasi yang dihimpun di RSUD dr Sayidiman, kelima korban tewas itu adalah Rita Septi Hurika (21), Joko Prayitno (31), Nanang Setia Utama (16), Sumarwan (48), dan Awang Feri Frandika (25).

Mereka yang berhasil selamat bertutur mengenai kejadian mengerikan di lereng Lawu, di antaranya Eko Nurhadi (34). Eko terperangah saat menyaksikan empat dari lima anggota rombongannya yang akan turun usai mendaki Gunung Lawu sudah dalam keadaan terpanggang kaku. Mereka yakni Rofi Sumarwan (45), Nanang Setyo Utomo (16), Rita (21), dan Awang Feri (25).

Ketika itu, api dari lereng gunung mulai merangkak naik hingga ke pos 4 jalur pendakian. Angin menggiring api merembet cepat ke atas. Eko sebenarnya sempat lari mendaki untuk menjauh dari api. Tapi ia kemudian berpikir, kalau ia tetap lari, api pasti tetap mengejarnya.

“Akhirnya saya terjang saja api itu. Saya lari ke bawah,” cerita Eko kepada sang istri, Nuri Dwiningsih (30), sebelum dirujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. Akibat aksi menerjang api itu, Eko mengalami luka bakar cukup parah. Nyaris separoh bagian tubuhnya gosong terbakar. Nuri mengatakan, Eko sudah sampai di RSUD Dr Soetomo sekitar pukul 02.30 WIB, kemarin.

Setelah beberapa pemeriksaan, Eko akhirnya harus menjalani operasi sekitar pukul 07.30 WIB. “Dia sekarang dirawat di (Ruang Observasi Intensif) 1,” kata dr Urip Murtedjo SpB, Kepala IRD RSUD Dr Soetomo, Kemarin. Nuri, saat ditemui di RSUD Dr Soetomo, menjelaskan, tujuan Eko mendaki Gunung Lawu adalah berekreasi. Ia diajak oleh sang Paman Rofi Sumarwan yang sudah sering mendaki gunung itu. Bagi Eko, pengalaman itu baru pertama kali.

“Suami saya suka hal-hal seperti itu. Seperti memancing, misalnya. Tapi kalau mendaki Gunung Lawu baru pertama kali,” ungkapnya.

1.Nuri: Suaminya Sempat Pamer Profil BBM Baru Background Gunung Lawu
 
Korban Kebakaran Gunung Lawu

Menurut Nuri, rombongan berangkat dari rumahnya di Desa Brangol, Karangjati, Ngawi Sabtu (17/10) pagi, sekitar pukul 06.00 WIB. Kebetulan, Eko yang bekerja sebagai sekretaris desa sedang senggang.
Saat mendapat informasi ada korban kebakaran di Lawu, Nuri langsung berusaha menelepon sang suami, tapi tak tersambung. Berusaha menghubungi Marwan, tetap tak ada jawaban. Tak ada satu pun dari rombongan yang bisa dihubungi ketika itu.

Padahal, beberapa jam sebelumnya, Eko sempat mengubah foto profil BBM. Pada foto itu, tampak Eko tengah berpose di ketinggian dengan latar pemandangan sekitar Gunung Lawu. Dari kakak kandungnya yang ikut evakuasi, Nuri mendapat kabar bahwa suami sudah di bawa ke RSUD dr Sayidiman Magetan. Kondisi yang cukup parah memaksa Eko harus dirujuk ke Surabaya.

dr Urip menjelaskan, pihak rumah sakit menurunkan dua tim untuk mengoperasi korban. Dokter juga memberi cairan olektrolit. “Dia juga mengalami trauma inhalasi,” kata Urip. Trauma itu terjadi karena saluran nafas pun terbakar akibat panas.Dari 48 persen luka bakar yang dialami, sebagian besar menyerang pada pada bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak. Urip bilang, bagian muka korban juga terbakar. Hanya, persentasenya tak banyak.

2. Tewas bersama Tunangan

Korban Gunung Lawu

Keinginan Rita Septi Hurika mendaki Gunung Lawu berakhir duka. Perempuan berusia 21 tahun itu tewas bersama tunangannya, Awang Feri Pradika (25). Keduanya menjadi korban kebakaran Gunung Lawu,
"Jadi ini adalah pendakian pertama dan terakhir Rita," ujar Lasmin, rekan kerja Rita saat ditemui di kamar mayat RSUD dr Sayidiman Magetan, Senin (19/10).

Rita merupakan keponakan Sumarwan yang juga menjadi korban kebakaran Gunung Lawu. Sumarwan bersama sang anak, Nanang Setya Utama (17) meninggal setelah terjebak di kobaran api kebakaran Gunung Lawu. Nasib berbeda dialami keponakan Sumarwan lainnya, Eko Nurhadi (35) dan anak kandung Sumarwan, Novi dwi Isti Wanti (15). Keduanya mengalami luka bakar cukup serius, dan tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo, Surabaya, dan RSUD dr Moewardi, Solo.

Sundari, Ibunda Rita syok saat mengetahui, buah hatinya tewas di gunung Lawu. Apalagi, Sundari beberapa kali telah mewanti-wanti Rita untuk tidak mendaki Gunung Lawu. "Setiap menyampaikan keinginan untuk naik gunung Lawu, selalu saya larang. Termasuk kemarin juga sempat saya larang. Akhirnya saya memperbolehkan karena ia naik bersama pamannya, Suwarman," kata Sundari.

Sundari menyebut, penyakit maag yang diderita Rita juga menjadi alasan dirinya tidak memberi restu anaknya mendaki Gunung Lawu. Sundari khawatir penyakit maag itu kambuh ketika mendaki gunung dengan cuaca dingin.

Agung Bayu, keponakan Sumarwan menyebut rombongan Rita berangkat mendaki Gunung Lawu dari jalur Jogorogo, Ngawi, Sabtu pagi. Mereka tiba di puncak Gunung Lawu pada malam minggu. Rombongan ini mendaki Gunung Lawu lantaran hendak menikmati tradisi bulan Muharam atau Suro. Sebab, saat malam Suro, Gunung Lawu kerap didatangi orang dengan beragam tujuan.

Setelah puas menikmati Gunung Lawu, Rita dan rombongan turun melalui jalur Cemoro Sewu Magetan. Rombongan Sumarwan pun sempat bertemu rombongan lain dari Ngawi saat turun dari pos 4. Mereka sempat diingatkan agar tidak turun melalui jalur Cemoro Sewu.

"Anak saya yang bernama Wendi Wahyu Kurniawan, bersama 10 temannya, bertemu rombongan Suwarman. Anak saya sempat mengingatkan agar tidak turun melalui jalur Cemoro Sewu," ujar Widodo, ayah Wendi, yang juga berada di RSUD dr Sayidiman Magetan.

Namun saran itu tidak digubris. Rombongan Rita bersikeras turun lewat jalur Cemoro Sewu karena mengetahui ada pendaki yang naik dari jalur itu. "Berarti jalur pendakian Cemoro Sewu sudah dibuka lagi, begitu alasan Suwarman menurut cerita anak saya," kata Widodo.

Tidak lama setelah Sumarwan turun, Wendi mengaku mendengar teriakan orang meminta tolong. Suara permintaan tolong itu terdengar sanyup-sanyup.

3. Masih Ada 17 Pendaki Diduga Terjebak



Kebakaran Gunung Lawu

Sisir Lereng Gunung Tim SAR kembali menyisiri lereng gunung Lawu setelah diduga masih ada korban lainnya yang terjebak akibat kebakaran hutan. Menurut Tim SAR, ada sedikitnya 17 pendaki yang diduga masih berada di pos tiga dan empat di lereng gunung tersebut.

"Senin (19/10) pagi ini kita menyisiri lagi lereng Gunung Lawu. Kita menduga ada korban lainnya di atas," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Kabupaten Magetan, Suparman.
Suparman menjelaskan, dugaan itu muncul setelah mengetahui 17 kartu tanda penduduk belum diambil di pos penjagaan.

Kebakaran melanda hutan di lereng Gunung Lawu sejak dua pekan terakhir. Kebakaran yang menyebabkan Rita meninggal merupakan kebakaran yang kedua kalinya selama musim kemarau. Sebelumnya, kebakaran melanda lereng gunung pada Agustus 2015 lalu.

Para pendaki yang menjadi korban, diduga mendaki dari pos yang berbeda-beda. Mereka tidak menghiraukan imbauan yang disampaikan para petugas di pos penjaga untuk menghindari jalur Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur, lantaran kondisinya sangat kering dan mudah terbakar.
Korban tewas asal Ngawi, yakni Sumarwan (40) naik dari jalur Cemoro Kandang, Karanganyar, Jawa Tengah, sedangkan dua korban dari Jakarta yakni Joko Prayitno (28) dan Kartini (28) naik dari jalur Candi Cetho, Karanganyar.

Korban tewas lainnya yakni Rita Septi Murika (16) asal Ngawi, diketahui naik dari jalur Jogorogo, Ngawi.
Dua pendaki lainnya yang meninggal dunia yakni Nanang dan Awang, keduanya juga dari Ngawi, belum diketahui naik melalui jalur mana. Satu korban tewas yang belum teridentifikasi, juga belum diketahui mendaki dari jalur mana.

Kapolsek Tawangmangu AKP M Rianto mengatakan, relawan Anak Gunung Lawu (AGL) sudah mengimbau agar pendaki tidak turun melalui jalur Cemoro Sewu karena ada kebakaran hutan.
"Minggu (18/10) pagi, api menyala lagi di jalur Cemoro Sewu, setelah sempat padam. Kemungkinan lantaran api unggun yang dibuat pendaki,".

Jalur Cemoro Sewu antara pos 2 dan pos 3 terdapat jalan berundak. Jalur itu cukup menyulitkan para pendaki untuk melarikan diri jika terjadi kebakaran."Pendaki yang meninggal, kemungkinan terjebak di tangga itu, karena butuh waktu untuk meloloskan diri." jelasnya.

4. Banyak Jalur Pendakian ke Gunung Lawu
Jalur Pendakian Gunung Lawu

Banyak jalur
Kalak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan, Agung Lewis mengimbau para pendaki tidak menantang keselamatan pendakian. Berdasar pengamatannya, para pendaki yang menjadi korban kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu baru-baru ini, tidak melintasi jalur Cemoro Sewu.

"Petugas kami sudah menutup jalur pendakian di Cemoro Sewu per tanggal 16 Oktober lalu. Sedangkan nama mereka tidak ada dalam daftar buku pos Cemoro Sewu," ucapnya saat dihubungi Tribun Jateng melalui sambungan telepon, Senin (19/10).

5. Inilah Korban Pendaki Tewas di Gunung Lawu
 
Korban Gunung Lawu

Berikut ini adalah korban meninggal dunia dan terluka dalam musibah kebakaran di Gunung Lawu:
1. Awang (20 thn), Ngawi.
2. Sumarwan (50 thn), Ngawi.
3. Nanang Setyo Utomo (17 thn), Ngawi.
4. Rita Septi (14 thn), Ngawi.
5. Joko Prayitno, Kebun Jeruk, Jeruk. Jakarta.
6. Kartini , Jakarta.
7. Mr. X, masih dalam identifikasi.

Korban luka berat :
1. Eko Nurhadi (45 thn) dari Brangol RT 2/RW 1 Brangol Kec. Karangjati Ngawi dirawat di RSUD dr. Sudono.

2. Novi Dwi Estiwati (14 thn) alamat Jl. Rajawali Kel. Beran RT 04/RW 01 Kec Ngawi, Kab. Ngawi di rawat di RSUD Moewardi Solo.



Sumber :

KOTAK KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...