BERPUASA Ramadan di negeri orang tidak selalu lebih buruk atau lebih baik dari di Tanah Air. Bersyukur berpuasa di negeri yang menyebut dirinya incredible ini selama enam tahun berturut-turut.
Negeri yang masyhur dengan Taj Mahal-nya ini memiliki banyak khazanah Ramadan yang unik, dari makanan hingga kebiasaan memeriahkan bulan kesembilan dalam kalender Islam ini.
Di India, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, nuansa Islami hanya dapat dijumpai di permukiman Muslim yang selalu berdampingan dengan pasar dan masjid. Bayangkan betapa hiruk pikuknya kawasan ini. Suasana sebaliknya dapat dirasakan saat Ramadan. Suasana yang ramai berganti lengang, siang jadi malam, malam menjadi siang.
Ramadan tahun ini bertepatan dengan puncak musim panas, siang hari lebih panjang dari malamnya. Di sini, Muslim berpuasa selama 16 jam. Dengan kata lain, malam di sini menjadi lebih pendek. Kebanyakan penduduk tidak tidur untuk menghidupkan Ramadan di setiap malamnya.
Mereka lebih suka ngabuburit di rumah pada siang hari untuk menghindari terik matahari yang tembus 45 derajat. Aktivitas pasar kembali menggeliat selepas ashar hingga terbit fajar.
Sekadar mengobati rindu suasana Ramadan di Tanah Air, kami mengunjungi keluarga Khan, landlord kami selama tinggal di Zakirnagar.
Keluarga Khan menyiapkan segala hidangan spesial Ramadan untuk berbuka puasa, dari hidangan pembuka hingga penutup. Adapakodha atau gorengan aneka sayuran seperti kentang, bawang merah, cabe hijau, dan roti yang dibalut tepung besant, black chana salad; kacang polong hitam yang direndam semalaman dan dibumbui rempah-rempah khas India, mix fruit chaat masala; potongan buah dicampur garam hitam, serta dahivada; bakso tepung kacang berlumur yogurt, saos tomat, dengan sambal campur daun ketumbar dan daun mint.
Ditambah sorbat; minuman sirup aroma mawar dan aroma mangga. Tentu tak ketinggalan kurma. Sajian pembuka yang luar biasa.
Semuanya disajikan di piring kami. Penuh sudah, perut kami dengan hidangan pembuka. Belum hidangan inti dan hidangan penutup yang masih utuh berjejer. Alamaaak.
Bersyukur ada jeda salat Maghrib, serta bincang-bincang ringan sambil minum chae, teh susu hangat yang sangat nikmat.
Setelah itu, kami kembalil ke meja makan. Sudah terhidang veg biryani dan chicken biryani. Berhubung perut kami nyaris tak ada ruang lagi, dan masih harus menyisakan ruang lain untuk hidangan penutup, kami menyantap yang paling kami sukai saja; chicken biryani.
Chicken biryani yang mereka buat tidak terlalu ber-masala, seperti pada umumnya. Siapapun yang menyantapnya pasti langsung menyukainya. Sampai di sini, kami tergelitik, chicken biryani ini mengantarkan kami pada makna puasa itu sendiri; menahan diri.Menahan diri dari menyantap hidangan kesukaan kami ini banyak-banyak karena selain perut kami nyaris penuh, setelah ini kami masih harus menghajar hidangan penutup. He he he ...
Dari hidangan yang mereka suguhkan, kami dapat menyimpulkan bahwa mereka begitu memuliakan tamu, kami pun tidak ingin membuat mereka kecewa.Walau sudah tak ada ruang lagi di perut kami, kami berusaha menyantap hidangan penutup yang mereka siapkan. Pelan-pelan, kami menyantap halwa, manisan berbahan dasar tepung sooji, lalu es krim rasa mawar, sedikit demi sedikit sampai akhirnya khatam.
Sejatinya, masih ada satu hidangan lain yang tak tersentuh kami; yakni kheer, manisan berbahan dasar beras dan susu kental manis.
Buka puasa bersama keluarga Owais Khan, satu hal yang kami sadari antara India dan Indonesia, bahwa perut Indonesia ternyata sangat kecil dibanding perut India, Hahaha..
Kami pun berpamitan. Mereka tak lupa memberi angpao untuk putri kami, dan makanan untuk Bibi kami di rumah.
KOTAK KOMENTAR
|
|
No comments:
Post a Comment