Bau mulut bukan masalah yang berarti bagi orang yang melangsungkan ibadah puasa.
Namun, bau mulut ini dapat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang saat berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
Dr. drg. Andi Triawan, Sp.Ort, Dokter Gigi Spesialis Ortodonsi Rumah Sakit UGM mengatakan, bau mulut atau yang dalam istilah medis disebut halitosis, yang timbul pada saat berpuasa dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Ia mengatakan seorang yang oral higienenya buruk, cenderung akan terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut.
“Keadaan ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk membentuk kalkulus dengan cepat,” tutur Andi.
Penyebab yang kedua adalah berubahnya sisa-sisa makanan menjadi gas sulfur yang menyebabkan terjadinya bau mulut.
Ketiga, ketika berpuasa produksi saliva akan berkurang, yang mengakibatkan bakteri berkembang biak dengan cepat, dan akan muncul bau tidak sedap pada mulut.
“Penyebab lainnya juga bisa terjadi karena datang dari dalam tubuh, biasanya terjadi pada mereka yang mengidap penyakit sistemik yang dapat bermanifestasi bau di mulut,” ujar Andi.
Andi mengatakan, kemungkinan yang paling besar terjadinya bau mulut akan terjadi pada seseorang yang menggunakan alat ortodontik cekat.
Di dalam rongga mulut terdapat komponen alat ortodontik cekat seperti braket, kawat busur, buccal tube, dan karet power O yang semua berpotensi menyebabkan terjebaknya sisa makanan.
Andi melanjutkan, komponen alat ortodontik membatasi aksi mekanis sikat gigi untuk menghilangkan plak, sehingga menyulitkan pasien ortodontik untuk membersihkan giginya, terutama pada area dari setiap gigi di antara braket dan margin gingiva.
Daerah permukaan gigi di sekitar braket dan sulcus gingiva di bawah braket, cenderung menjadi tempat akumulasi bakteri oral.
Berdasarkan penelitian, pasien ortondontik mengalami peningkatan plak gigi tiga kali dibandingkan pasien yang tidak dirawat ortodontik.
Meningkatnya jumlah plak gigi pada pasien ortodontik akan menjadi masalah, karena plak gigi merupakan media yang paling potensial untuk tumbuhnya bakteri di rongga mulut.
Peningkatan jumlah bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit jaringan periodontal seperti radang gusi atau gingivitis, perbesaran gingiva atau hiperplasi gingiva dan radang periodontal atau periodontitis.
Ia menjelaskan, gingivitis, hiperlpasi gingiva dan periodontitis adalah penyakit inflamasi yang paling umum terjadi dan memicu terjadinya halitosis, yang disebabkan bakteri gram negatif yang tersembunyi di dalam jaringan periodontal, yang sakit dan menimbulkan gas yang bau.
“Selain karena pembusukan sisa-sisa makanan yang terperangkap di dalam poket, pada kondisi saliva yang berkurang saat berpuasa dapat mempercepat pembusukan sehingga menambah parah bau mulut individu,” tutup Andi.
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment