"SELAMAT Pagi Bali". Aiptu Ni Nyoman Dewi Sarini Ratih tersenyum tatkala mendengar sapaan "Selamat Pagi Bali" saat berhenti di traffic light perempatan Tohpati beberapa hari lalu. Personel Pendidikan Masyarakat Ditlantas Polda Bali ini seakan tak percaya, jika itu adalah suaranya.
"Jadi geli sendiri mendengar suara saya di speaker, cempreng ya," ujarnya. Sapaan "Selamat Pagi Bali" terdengar setiap berhenti di traffic light. Kalimat itu akan terdengar disaat lampu menyala merah. Tak peduli di pagi hari, siang, malam, bahkan dini hari, sapaan "Selamat Pagi Bali" berkumandang yang dilanjutkan dengan pesan-pesan keselamatan berlalu lintas. Selain Ni Nyoman Dewi Sarini Ratih, juga ada suara Brigadir Avvy Olivia yang bertugas di Dirlantas Polda Bali.
Penyampaian pesan-pesan kepolisian menjadi salah satu peran Polisi Wanita (Polwan). Tak hanya pesan "Selamat Pagi Bali", pesan-pesan Kamtibmas lainnya juga banyak mengandalkan Polwan. "Ini hal wajar, karena sifat wanita cenderung lebih mudah dalam pendekatan," ujar Prof Rai Setiabudi, pakar Hukum Pidana Universitas Udayana.
Namun, siapa sangka, di balik kelembutan suara itu, Ni Nyoman Dewi Sarini Ratih mahir dalam mengendarai motor gede. Ratih sangat jago dalam beratraksi motor gede. Sebelum bertugas di Polda Bali, ia satu di antara tim Polwan yang selalu tampil dalam setiap atraksi motor gede di Polda Jatim. Dengan motor gedenya, ia juga mengawal tamu-tamu penting yang datang ke Surabaya.
“Jadi jangan salah sangka, meski jelita, anggota Polwan bukanlah polisi yang lemah lho," ujarnya.
Kisah "keperkasaan" Polwan Jelita juga diceritakan Kadek Winarti Novianti. Anggota polisi yang bertugas di Satuan Narkoba Polresta Denpasar ini punya cerita menarik, tatkala terlibat dalam penangkapan seorang tersangka narkoba, pada tahun 2009 silam.
Novi, begitu Brigadir Polisi ini akrab dipanggil, mengaku seru juga tatkala terlibat dalam kerja lapangan. Memburu tersangka narkoba. Ia bersama tim harus memantau gerak-gerik tersangka tersebut. Pagi, siang dan malam hari, ia harus membuntutinya.
"Jadi geli sendiri mendengar suara saya di speaker, cempreng ya," ujarnya. Sapaan "Selamat Pagi Bali" terdengar setiap berhenti di traffic light. Kalimat itu akan terdengar disaat lampu menyala merah. Tak peduli di pagi hari, siang, malam, bahkan dini hari, sapaan "Selamat Pagi Bali" berkumandang yang dilanjutkan dengan pesan-pesan keselamatan berlalu lintas. Selain Ni Nyoman Dewi Sarini Ratih, juga ada suara Brigadir Avvy Olivia yang bertugas di Dirlantas Polda Bali.
Penyampaian pesan-pesan kepolisian menjadi salah satu peran Polisi Wanita (Polwan). Tak hanya pesan "Selamat Pagi Bali", pesan-pesan Kamtibmas lainnya juga banyak mengandalkan Polwan. "Ini hal wajar, karena sifat wanita cenderung lebih mudah dalam pendekatan," ujar Prof Rai Setiabudi, pakar Hukum Pidana Universitas Udayana.
Namun, siapa sangka, di balik kelembutan suara itu, Ni Nyoman Dewi Sarini Ratih mahir dalam mengendarai motor gede. Ratih sangat jago dalam beratraksi motor gede. Sebelum bertugas di Polda Bali, ia satu di antara tim Polwan yang selalu tampil dalam setiap atraksi motor gede di Polda Jatim. Dengan motor gedenya, ia juga mengawal tamu-tamu penting yang datang ke Surabaya.
“Jadi jangan salah sangka, meski jelita, anggota Polwan bukanlah polisi yang lemah lho," ujarnya.
Kisah "keperkasaan" Polwan Jelita juga diceritakan Kadek Winarti Novianti. Anggota polisi yang bertugas di Satuan Narkoba Polresta Denpasar ini punya cerita menarik, tatkala terlibat dalam penangkapan seorang tersangka narkoba, pada tahun 2009 silam.
Novi, begitu Brigadir Polisi ini akrab dipanggil, mengaku seru juga tatkala terlibat dalam kerja lapangan. Memburu tersangka narkoba. Ia bersama tim harus memantau gerak-gerik tersangka tersebut. Pagi, siang dan malam hari, ia harus membuntutinya.
Penyamaran pun dilakukan agar orang yang menjadi target operasi
(TO) ini tak curiga jika dia telah dibuntuti polisi. Biar tak kentara,
pengintaian dilakukan dengan pola estafet bersama tim kala itu. Setelah
benar-benar yakin, jika orang tersebut bersentuhan dengan narkoba,
muslihat pun direncanakan. Ia pun melakukan pendekatan secara langsung
dengan tersangka.
"Itu memang TO saya. Karena saya yang mendapat informasinya," ujar Novi.
Saat Novi dan dan tim melakukan penangkapan. Ternyata, orang itu tersadar jika diburu polisi. Lalu, orang itu berusaha kabur. Aksi kejar-mengejar pun terjadi. Novi dan tim berlari kencang mengejar orang itu. Namun naas bagi orang tersebut. Saat kabur dari kejaran Novi ini, orang itu menabrak sebuah tembok. Orang yang menjadi TO itupun berhasil dibekuk.
"Dalam penangkapan TO pertama saya itu, tangan tersangka patah karena menabrak tembok,” kata Novi.
Kini Novi bertugas sebagai pemeriksa terhadap pelaku perempuan. “Gak pernah merasa aneh kalau lagi pemeriksaan, meski tersangka nantinya harus bugil. Kan memang harus seperti itu. Dalam kasus narkoba, kebanyakan tersangka perempuan akan menyembunyikan barang bukti di tempat-tempat tersembunyi yang tidak akan diperiksa polisi laki-laki,” ujarnya.
Kisah tak kalah serunya juga diungkapkan AKBP Sang Ayu Putu Alit Saparani. Saparani yang kini menjabat sebagai Kepala Sub Bidang 4 Ditreskrimum Polda Bali pernah dikira sebagai Polwan gadungan.
Ceritanya, setahun menjadi Polwan di tahun 1986, Saparani yang saat itu bergabung dengan Satuan Reskrim Polres Badung diminta untuk membongkar kasus Polwan gadungan. Saat menjalankan tugas ini, ia berpura-pura mencari tempat kos di kosan Polwan gadungan itu tinggal.
"Itu memang TO saya. Karena saya yang mendapat informasinya," ujar Novi.
Saat Novi dan dan tim melakukan penangkapan. Ternyata, orang itu tersadar jika diburu polisi. Lalu, orang itu berusaha kabur. Aksi kejar-mengejar pun terjadi. Novi dan tim berlari kencang mengejar orang itu. Namun naas bagi orang tersebut. Saat kabur dari kejaran Novi ini, orang itu menabrak sebuah tembok. Orang yang menjadi TO itupun berhasil dibekuk.
"Dalam penangkapan TO pertama saya itu, tangan tersangka patah karena menabrak tembok,” kata Novi.
Kini Novi bertugas sebagai pemeriksa terhadap pelaku perempuan. “Gak pernah merasa aneh kalau lagi pemeriksaan, meski tersangka nantinya harus bugil. Kan memang harus seperti itu. Dalam kasus narkoba, kebanyakan tersangka perempuan akan menyembunyikan barang bukti di tempat-tempat tersembunyi yang tidak akan diperiksa polisi laki-laki,” ujarnya.
Kisah tak kalah serunya juga diungkapkan AKBP Sang Ayu Putu Alit Saparani. Saparani yang kini menjabat sebagai Kepala Sub Bidang 4 Ditreskrimum Polda Bali pernah dikira sebagai Polwan gadungan.
Ceritanya, setahun menjadi Polwan di tahun 1986, Saparani yang saat itu bergabung dengan Satuan Reskrim Polres Badung diminta untuk membongkar kasus Polwan gadungan. Saat menjalankan tugas ini, ia berpura-pura mencari tempat kos di kosan Polwan gadungan itu tinggal.
Saat itulah, ia berbincang-bincang dengan Polwan gadungan
tersebut. Dalam pembicaraan itu, Polwan gadungan itu mengaku memiliki
jabatan yang setara dengan Kapolres.
Saat itu pula, Saparani menguji kebenaran pengakuan wanita itu, mulai kartu tanda anggota Polri hingga kode etik kepolisian. Ternyata, wanita itu tak bisa membuktikan dirinya sebagai anggota Polri. Akhirnya, Saparani pun menangkap dan membawanya ke kantor polisi.
Namun, di tengah jalan, perempuan ini meronta-ronta. Saat itulah, seorang anggota TNI sedang melintas. Saparani yang kala itu sedang dalam penyamaran, meminta bantuan terhadap anggota TNI tersebut. Begitu anggota TNI ini mendekati, tiba-tiba Polwan gadungan itu berbicara, bahwa dirinyalah anggota Polwan yang sebenarnya.
Perempuan ini pun meminta tolong kepada anggota TNI itu agar dilepaskan dari borgol. Kepada anggota TNI itu, perempuan itu mengatakan, justru Saparani sebagai polisi gadungan.
“Parah waktu itu. Tapi saya juga maklum, soalnya waktu itu saya baru satu tahun menjadi Polwan, ditambah lagi tersangka lebih gagah, berisi dan potongannya lebih meyakinkan," ujar Saparani sembari melepas tawa ringannya.
Akhirnya, Polwan gadungan itu berhasil diamankan dan dibawa ke Polda Bali untuk diperiksa lebih lanjut.
Bukan sekali saja, dirinya menjadi korban salah sangka ini. Saparani juga mengalami salah sangka yang menghebohkan. Ketika berbincang dengan Tribun Bali, Saparani tak bisa menahan gelak tawanya, mengingat peristiwa yang menimpa di masa mudanya itu.
Saat itu pula, Saparani menguji kebenaran pengakuan wanita itu, mulai kartu tanda anggota Polri hingga kode etik kepolisian. Ternyata, wanita itu tak bisa membuktikan dirinya sebagai anggota Polri. Akhirnya, Saparani pun menangkap dan membawanya ke kantor polisi.
Namun, di tengah jalan, perempuan ini meronta-ronta. Saat itulah, seorang anggota TNI sedang melintas. Saparani yang kala itu sedang dalam penyamaran, meminta bantuan terhadap anggota TNI tersebut. Begitu anggota TNI ini mendekati, tiba-tiba Polwan gadungan itu berbicara, bahwa dirinyalah anggota Polwan yang sebenarnya.
Perempuan ini pun meminta tolong kepada anggota TNI itu agar dilepaskan dari borgol. Kepada anggota TNI itu, perempuan itu mengatakan, justru Saparani sebagai polisi gadungan.
“Parah waktu itu. Tapi saya juga maklum, soalnya waktu itu saya baru satu tahun menjadi Polwan, ditambah lagi tersangka lebih gagah, berisi dan potongannya lebih meyakinkan," ujar Saparani sembari melepas tawa ringannya.
Akhirnya, Polwan gadungan itu berhasil diamankan dan dibawa ke Polda Bali untuk diperiksa lebih lanjut.
Bukan sekali saja, dirinya menjadi korban salah sangka ini. Saparani juga mengalami salah sangka yang menghebohkan. Ketika berbincang dengan Tribun Bali, Saparani tak bisa menahan gelak tawanya, mengingat peristiwa yang menimpa di masa mudanya itu.
Usai melepas gelak tawanya, perempuan yang berawakan kurus ini
mulai kembali bercerita. Kala itu, ia mendapat tugas mengikuti operasi
gabungan penyakit masyarakat (pekat) yang melibatkan kepolisian, TNI dan
Satpol PP. Saparani kala itu juga sedang menempuh S1-nya. Sehingga usai kuliah, sore itu, dengan masih berpakaian feminin, ia
harus balik ke kantor Polres Badung. Saat ia tiba, ternyata breafing
sudah kelar. Akhirnya, tanpa mengikuti perkenalan dan pembukaan, dia pun
langsung bergabung dengan Tim 3 dari kepolisian.
Operasi pun digelar. Tim gabungan ini menggerebek lokasi tempat mangkalnya Pekerja Seks Komersial (PSK). Tim yang dibagi tiga titik ini mengepung lokasi mangkalnya PSK ini dengan jarak masing-masing tim sekitar 100 meter. Tiba-tiba Saparani menghentikan ceritanya. Ia tak bisa menahan gelak tawanya lagi. Setelah menghela nafas panjang meredakan tawa, Saparani kembali melanjutkan ceritanya.
Saat penggerebekan itu, dia melihat seorang PSK yang lari ke semak-semak. Ia pun mengejar seorang PSK tersebut. Namun, di sisi lain, ternyata ada anggota dari kelompok lain yang bukan dari kepolisian juga mengejar PSK tersebut dari arah berlawanan dengannya.
Saat mencari-cari PSK itu, tiba-tiba tangan Saparani dipegang petugas itu. Usai memegang tangan Saparani, ia berteriak; "Saya dapat satu". Mendapati dirinya jadi korban salah tangkap ini, Saparani pun berujar; “Lho Pak, saya ini juga petugas”.
Tetapi, petugas itu tak percaya begitu saja. Saparani pun pasrah saat digiring ke lokasi pengamanan, di mana kerumunan petugas gabungan berada. Begitu tiba, seorang komandannya melihat dirinya digiring petugas lain.
"Begitu dekat, komandan saya melihat, lalu berteriak, hei itu lho anak buah saya," ujar Saparani.
Kontan saja, tawa pun menggelegar. Sampai saat ini, peristiwa salah tangkap ini kerap menjadi cerita yang membuat dirinya tak kuasa menahan tawa.
Senin, 1 September, Polisi Wanita Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66. Selamat hari jadi Polwan!
Operasi pun digelar. Tim gabungan ini menggerebek lokasi tempat mangkalnya Pekerja Seks Komersial (PSK). Tim yang dibagi tiga titik ini mengepung lokasi mangkalnya PSK ini dengan jarak masing-masing tim sekitar 100 meter. Tiba-tiba Saparani menghentikan ceritanya. Ia tak bisa menahan gelak tawanya lagi. Setelah menghela nafas panjang meredakan tawa, Saparani kembali melanjutkan ceritanya.
Saat penggerebekan itu, dia melihat seorang PSK yang lari ke semak-semak. Ia pun mengejar seorang PSK tersebut. Namun, di sisi lain, ternyata ada anggota dari kelompok lain yang bukan dari kepolisian juga mengejar PSK tersebut dari arah berlawanan dengannya.
Saat mencari-cari PSK itu, tiba-tiba tangan Saparani dipegang petugas itu. Usai memegang tangan Saparani, ia berteriak; "Saya dapat satu". Mendapati dirinya jadi korban salah tangkap ini, Saparani pun berujar; “Lho Pak, saya ini juga petugas”.
Tetapi, petugas itu tak percaya begitu saja. Saparani pun pasrah saat digiring ke lokasi pengamanan, di mana kerumunan petugas gabungan berada. Begitu tiba, seorang komandannya melihat dirinya digiring petugas lain.
"Begitu dekat, komandan saya melihat, lalu berteriak, hei itu lho anak buah saya," ujar Saparani.
Kontan saja, tawa pun menggelegar. Sampai saat ini, peristiwa salah tangkap ini kerap menjadi cerita yang membuat dirinya tak kuasa menahan tawa.
Senin, 1 September, Polisi Wanita Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66. Selamat hari jadi Polwan!
Sumber :
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment