Thursday 8 October 2015

Kisah Anak Bung Karno Bikin Jakarta Mencekam




komentar | baca - tulis komentar

Masa kecil Guntur Soekarnoputra sebagai anak presiden, serta rumah tinggalnya di dalam kompleks istana, sungguh memberikan dunia tersendiri.

Guntur menuturkan, dia sehari-hari bermain dengan anak-anak karyawan istana, tak peduli anak itu putranya pengemudi, koki, atau pun pelayan istana.



Dalam buku "Bung Karno, Bapakku, Kawanku, dan Guruku", Guntur menceritakan, saat memasuki usia remaja, teman bermainnya bertambah dan terutama anggota DKP (Detasemen Kawal Pribadi). Maka itu, tidak janggal jika Guntur senang main perang-perangan, memakai helm asli, juga beranggotakan tentara asli.

Sekali waktu Guntur mengajak "kakak-kakak" (panggilan khususnya terhadap anggota DKP) main perang-perangan. Saking asyiknya, Guntur hampir saja bikin kisah panjang.

Sekitar tahun 1957-58, Guntur meminta "kakak-kakak" DKP agar menyebutnya jenderal, bukan Mas Tok (begitu pangilan Guntur). Lalu 'jenderal' ini mengajak prajuritnya main perang-perangan. Aturannya sederhana.

Barang siapa yang ketahuan atau kelihatan, akan "didor" lebih dahulu dan harus keluar gelanggang, karena tertembak "mati". Tetapi jarak "ngedor" dan "didor" itu, tak boleh kurang dari 20 meter.

Prajurit yang terlibat, sekitar 10 anggota DKP asal kesatuan Brimob. Guntur memimpin pasukan I, sedangkan pasukan II dipimpin tentara asli.

Medan palagan ini di halaman luas, antara Istana Merdeka dan Istana Negara. Tiap pasukan segera mempersiapkan dirinya, termasuk "Jenderal Bledek" Mas Tok Guntur Soekarno yang sudah mempersenjatai dirinya dengan pistol-pistolan, serta logistik buah segar tulen.

Guntur pun melengkapi pasukannya dengan agen intelijen, Musli, gembala kambing istana. Perang pun dimulai, dipimpin Guntur yang mengenakan topi baja tentara asli.

Sementara perang lagi memanas dan asyik, tiba-tiba komandan jaga istana berlari ke arah Guntur.

” Mas Tok! Perangnya disetop dulu Mas. Cease fire, cease fire!”

”Emangnya kenapa Kak?”

” Anu Mas ... perwira piket telepon kasih tahu katanya ... dari KMKB (semacam Kodam sekarang) menanyakan di istana ada apa, kok waktu KMKB patroli, mereka melihat pasukan pengawal mengambil posisi tempur di depan Istana Merdeka! Makanya lebih baik perang-perangannya distop dulu! Nanti Jakarta bisa gawat!”

”Busyeeet! Mati gua! Kaaaak, hayo perangnya bubaaar!”

”Waktu Bapak datang dari Bogor, aku dipanggilnya untuk ditanyai soal perang-perangan tadi.”

”Heh ... Tok, aku dapat laporan kau bikin geger petugas keamanan Jakarta ya!? ... keadaan gawat begini ndak usah main perang-perang dulu; nanti kalau keadaan sudah normal saja ... Kau jadi jenderal ya waktu perang-perangan?”

”Gitu deh”

” Ini Bapak punya buku bagus tentang jenderal. Bacalah! Dia adalah salah satu jenderal favorit Bapak ... (Kulihat ternyata buku tadi tentang seorang jenderal berdarah Indian dari U.S. Cavalery yang terkenal, yaitu William "Tacum" Tacumseh Sherman)”.



Sumber :

KOTAK KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...