Menghormati orang yang lebih tua merupakan etika terpuji dalam berhubungan sosial yang juga diajarkan oleh agama Islam. Islam mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai baik sesama agama maupun berbeda agama, baik sesama manusia maupun sesama makhluk hidup.
Nah, dalam hal ini, Pelangi Blog akan menyuguhkan sebuah kisah yang bisa menjadi teladan bagi kita semua untuk menghormati orang yang lebih tua, meskipun ia berbeda aqidah. Dan berikut kisah sahabat Ali bin Abi Tholib menghormati seorang kakek dari agama Nasrani.
Kisah Teladan :
Diceritakan dalam sebuah hadist, bahwa suatu hari sahabat Ali bin Abi Tholib sedang terburu-buru menuju ke masjid untuk melakukan sholat subuh berjamaah. Di tengah perjalanan menuju masjid, beliau bertemu dengan seorang kakek yang berjalan di depan beliau dengan santai dan perlahan.
Demi menghormati dan memuliakan kakek tersebut, sahabat Ali bin Abi Tholib tidak mendahului jalan, beliau berjalan di belakang sambil menunggu si kakek meskipun beliau sedang terburu-buru untuk sholat subuh berjamaah. Sesampai di depan masjid, kakek tersebut ternyata tidak masuk ke masjid, padahal secara umum para sahabat selalu sholat berjamaah bersama Rosulullah SAW.
Sahabat Ali bin Abi Tholib baru menyadari bahwa kakek tersebut adalah orang Nasrani, segera beliau masuk ke masjid meskipun beliau telat. Di sana beliau mendapati Rosulullah SAW dan para jamaah sedang dalam keadaan ruku’, tanpa basa-basi beliau langsung niat memasuki sholat dan mengikuti sholat subuh berjamaah.
Setelah sholat subuh berjamaah selesai dilakukan, para sahabat terheran-heran karena Rosulullah SAW memanjangkan waktu ruku’ yang tidak seperti biasanya, kira-kira dua kali lebih lama. Para sahabat pun bertanya kepada Rosulullah SAW “Wahai Rosulullah, mengapa Engkau memanjangkan waktu ruku’ pada sholat subuh kali ini, Engkau bahkan tidak pernah melakukan yang seperti ini sebelumnya ?”
Rosulullah SAW pun menjawab “Ketika aku sedang ruku’ dan membaca subhanallahil adhim seperti halnya bacaan wiridku, aku ingin mengangkat kepalaku, tiba-tiba malaikat Jibril datang dan menahan punggungku sehingga aku ruku’ lebih lama. Dan setelah malaikat Jibril melepaskannya, kemudian aku baru mengangkat kepalaku (untuk melakukan i’tidal)”. Para sahabat pun bertanya kembali “Mengapa malaikat Jibril melakukannya ?”. Rosulullah SAW menjawab “Aku tidak bertanya tentang itu kepadanya”.
Tak lama kemudian, malaikat Jibril pun datang dan menceritakan alasan ia menahan ruku’ kepada Rosulullah SAW “Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali sedang tergesa-gesa menuju masjid dan ia bertemu dengan seorang Kakek dari Nasrani, sedangkan Ali tidak mengetahui bahwa ia adalah orang Nasrani. Demi menghormatinya, Ali tidak mendahului jalan dan menjaga haknya (hak untuk mendahului), maka Allah memerintahkan kepadaku untuk menahan ruku’mu”.
Malaikat Jibril pun menambahi “Ini bukanlah hal yang aneh, dan yang lebih aneh, sesungguhnya Allah memerintahkan malaikat Mikail untuk menahan matahari agar tidak terbit karena Ali”. Sesaat setelah mendengar alasan malaikat Jibril, Rosulullah SAW menceritakannya kepada para sahabat sehingga mereka mengerti alasan mengapa malaikat Jibril menahan ruku’ Rosulullah SAW cukup lama.
Kesimpulan dan Pesan :
Dari kisah di atas, kita bisa manrik sebuah kesimpulan bahwa menghormati dan memuliakan orang yang lebih tua, apalagi seorang kakek, adalah sebuah akhlak yang mulia, meskipun ia berbeda aqidah dengan kita, meskipun hanya karena sebuah hal yang sepele. Ya, kita sadari saja bawa hal-hal sepele seperti di atas sangat jarang dilakukan.
Mudah-mudahan, dengan membaca kisah sahabat Ali bin Abi Tholib di atas, hati kita tergugah dan sadar untuk menghormati orang yang lebih tua. Dengan niat memuliakan, maka tentu Allah akan membalas kemuliaan juga kepada kita.
Sumber : Kitab Mawa’idhul Ushfuriyyah, Hadist Ketiga
Penulis : Syekh Muhammad bin Abi Bakar
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment