Namanya Rodrigo Duterte, wali kota Davao City, Pulau Mindanao, di selatan Filipina. Dia dijuluki 'the Punisher', mirip nama tokoh komik Marvel, karena kebijakannya yang melegalkan sekaligus mendorong pembunuhan anggota geng kriminal ataupun bandar narkoba.
Duterte mengeluarkan perda tentang hadiah bagi warga maupun polisi yang berhasil menghabisi penjahat berbahaya.
Duterte mengklaim menjalankan kebijakan kontroversial itu karena Davao adalah wilayah paling tidak aman di Filipina saat dia terpilih. Walau dikecam lembaga hak asasi sedunia, kini Davao disebut-sebut sebagai 'kota paling aman di Asia Tenggara', seperti dilaporkan Oddity Central, Rabu (8/7).
"Jika anda melakukan aktivitas ilegal di kota saya, atau anda ini anggota sindikat kejahatan yang menyasar warga saya, maka anda sah-sah saja dihabisi," kata Duterte.
Pria 70 tahun ini menjabat sebagai wali kota Davao City pertama kali pada 2001. Kala itu, Davao punya tingkat pembunuhan tertinggi di Filipina. Di sekitar kota Davao, ada basis tentara separatis Front Muslim Moro.Kota ini juga dikepung perairan Sulu, wilayah paling rawan pembajakan di dunia setelah Somalia.
Duterte segera membuat gebrakan. Dia mengumumkan hadiah USD 120 ribu (setara Rp 1,6 miliar) bebas pajak bagi siapapun warga yang berhasil menyerahkan kepala pimpinan geng setempat. Bahkan sang pemburu hadiah akan diberi bonus USD 24 ribu, jika kepala itu diletakkan di peti es. "Supaya tidak bikin bau kantor polisi," kata Duterte setengah bercanda mengenai kebijakannya yang sadis itu.
Tak berapa lama, media setempat menyebut adanya kemunculan kelompok yang suka main hakim sendiri. Grup ini kerap disebut Davao Death Squad. Sepanjang 2005-2008, diperkirakan 700 anggota geng kriminal dan bandar narkoba menghilang dari Davao. Kemungkinan besar, mereka semua sudah dibunuh kelompok yang didukung Duterte itu.
Dalam konferensi pers Februari lalu, Duterte sempat keceplosan bilang sangat membenci dua jenis manusia: penyelundup beras dan bandar narkoba. Dia mengaku tidak akan segan-segan membunuh dua jenis penjahat itu.
"Saya mengakui, kalau saya lebih mirip teroris. Tapi yang saya teror adalah bandar narkoba, penculik, dan penjahat kurang ajar lainnya," kata Duterte.
Kritik terhadap metode Duterte sudah dilontarkan Ketua Komnas HAM Filipina Loretta Ann Rosales. Dia berharap pemkot Davao tak lagi melakukan tindakan di luar hukum dengan dalih memberantas kejahatan. "Gaya kepemimpinan Duterte akan terus menumbuhkan sikap main hakim sendiri di masyarakat," kata Rosales.
Kini tingkat pembunuhan, kejahatan, serta peredaran narkoba di Davao berkurang drastis. Warga Davao akhirnya bisa hidup tenang.
Mengingat damainya Davao saat ini, warga setempat sangat mencintai Duterte, tak peduli bila wali kota mereka itu berangasan. Dia sudah menjabat untuk periode keempat. Sempat muncul usulan agar Duterte maju menjadi presiden Filipina untuk pemilu 2016, tapi belum jelas apakah si wali kota sadis ini tertarik.
Sumber :
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment