Dzulfikar Akbar Cordova alias Dodo baru mulai meneruskan sekolahnya pada 2014 lalu, di SMA Master, Depok, Jawa Barat. Ia langsung duduk di kelas tiga SMA. Sebelumnya pemuda yang kini berusia 21 tahun itu hanya sempat mengenyam pendidikan hingga lulus SMP, pada 2008 lalu di Lampung.
Namun demikian, Dodo yang sehari-harinya berprofesi sebagai pengamen jalanan itu, mampu lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015. Ia diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),Universitas Indonesia (UI).
Ditemui Tribunnews.com di sebuah tempat makan di mana ia biasa mengamen, di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat, Dodo mengaku kesuksesannya itu belum tentu terjadi bila ia tidak terjaring program pemberdayaan siswa sekolah Master, yang digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UI, yang digelar sejak 2014 lalu. Program tersebut adalah program Master FEBUI.
Untuk mengikuti program tersebut, siswa Master harus mengikuti beragam ujian. Pada tahap awal Dodo mengikuti berbagai ujian tertulis, dan pada tahap akhir komitmennya mengikuti program tersebut diuji. Ia dan siswa lain yang lulus seleksi, diuji untuk mengikuti kelas selama dua minggu. Dodo merupakan salah satu peserta presensinya nyaris sempurna, dan dinyatakan lulus.
"Setelah lulus, baru kita ikut semacam kelas selama sekitar tujuh bulan, pengajarnya langsung kakak-kakak mahasiswa FEB UI," katanya.
Proses belajar-mengajar bagi para peserta program itu berlangsung sejak pagi hingga sore hari, di Perpustakaan FEB UI di Depok, Jawa Barat. Selama mengikuti program, Dodo masih diberi kesempatan untuk mengamen bila ia "kepepet" butuh uang.
"Misalnya saya lagi butuh uang, saya minta izin ikut kelas agak telat, paginya saya ngamen dulu. Mereka paham kok. Saya (bahkan) pernah dipinjami gitar mahal sama pengajarnya," ujar Dodo.
Siswa Master yang mengikuti program tersebut tidak diwajibkan hadir di sekolah mereka yang terletak di sebelah Terminal Depok. Mereka dianggap masuk sekolah bila hadir di Perpustakaan FEB UI, mengikuti program hingga selesai pada sore hari.
Dodo mengaku pada awalnya kesulitan mengikuti program yang mengharuskannya belajar intensif. Pasalnya ia sudah sekitar lima tahun lebih putus sekolah, dan belum pernah belajar pelajaran SMA sebelumnya. Para peserta program bahkan pernah diberi soal untuk mahasiswa FEB UI. Dodo mengaku sempat dipusingkan oleh soal tersebut.
"Maklum lah, saya kan lama putus sekolah," kata Dodo.
Setelah sekitar tujuh bulan mengikuti program itu, Dodo dan dua peserta lainnya akhirnya bisa lulus ujian SNMPTN 2015. Setelah lulus dan berstatus calon mahasiswa, ia masih dibantu oleh "mantan" pengajarnya di program Master FEB UI, untuk mengurus segala administrasi pendaftaran.
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment