Monday, 27 July 2015

Kisah Tragis Aktor Tan, Seratus Kali Kawin Cerai




komentar | baca - tulis komentar

Si item Tan Tjeng Bok adalah seniman besar peranakan Tionghoa yang terkenal di dunia perfilman Indonesia selama tiga dekade.


Salah satu film yang diperankan Tan. (Dody Handoko)



Tahun 1970-an puncak nama Tan Tjeng Bok berkibar sebagai aktor. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, antara 1970 sampai 1980, ia telah membintangi 25 judul film.

Di buku Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa karya Misbach Yusa Biran diceritakan , film yang dibintangiTan Tjeng Bok antara lain, Melarat Tapi Sehat dan Si Bongkok dari Borobudur, dia bermain dengan aktris Sofia WD . Lalu ada film Si Gomar, Singa Laoet, Serigala Item, dan Tengkorak Hidoep.

Dalam beberapa filmnya itu, Tjeng Bok banyak bermain berpasangan dengan aktris Hadijah. Namanya sejajar dengan aktris top pada zaman itu, antara lain Fifi Young, Aminah Cendrakasih bahkan juga WD Mochtar.

Sebelum main film , Tan bergabung dengan opera Dardanella pimpinan Pedro atau Pyotr Litmonov, seorang keturunan Rusia. Ia digelari Douglas Fairbanks van Java. Douglas Fairbanks Sr (1883-1939) adalah bintang film dan produser Hollywood yang terkenal sebagai pahlawan dalam film-filmnya.

Dardanella adalah grup tonil (sandiwara) terkemuka saat itu di Indonesia. Reputasinya terkenal tidak hanya di Indonesia, namun juga internasional. Dardanella yang berdiri pada 21 Juni 1926, merupakan kelompok kesenian Indonesia pertama yang memiliki pengakuan Internasional.

Kawin cerai 100 kali

Mereka pernah pentas menjelajahi empat benua. Pertunjukan mereka di Rangoon dan New Delhi sempat ditonton tiga tokoh besar politik modern India, Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, dan Rabindranath Tagore.

Tan Tjeng Bok dalam sebuah wawancara dengan media mengaku kawin cerai hingga 100 kali. Istrinya yang terakhir adalah Sarmini berasal Bojonegoro yang memberinya dua anak, Nawangsih dan Sri Anami.

Tan Tjeng Bok jatuh melarat pernah jadi kenek oplet dan jual obat. Pada tanggal 27 November 1979 ia jatuh sakit dan dirawat di R.S Husada. Keluarganya tak punya cukup uang untuk membayar biaya perawatannya di rumah sakit. Sampai akhir hayatnya, ia tinggal dan menempati sebuah rumah sederhana di Bandengan Utara, Gang Makmur, Jakarta.

Padahal, menjelang akhir karirnya, dalam film Syahdu, masih diberi honor Rp. 1 Juta, jumlah yang sangat besar pada saat itu. Ketika masa kejayaannya, Tan Tjeng Bok dikenal suka berfoya-foya dan berpesta. Mobilnya mewahnya berderet-deret. Beberapa temannya menyebut dia angkuh dan sombong.

Tahun 1980, seorang pelukis Oto Suastika membuat lukisan potret Tan Tjeng Bok dan di jual. Kemudain uang hasil penjualan lukisan tersebut diberikan kepada Tjeng Bok untuk biaya perawatannya.

Ketika dirawat di rumah sakit, sebuah surat kabar ibukota sempat membuka Dompet Tan Tjeng Bok, berhasil menghimpun dana lebih dari dua puluh juta rupiah untuk membiayai perawatan Oom Item.

Setelah enam tahun sakit-sakitan, pada tanggal 15 Februari 1985, Tan Tjeng Bok meninggal dunia. Dia meninggal dunia dalam kondisi miskin dan tanpa meninggalkan harta benda apa pun.



Sumber :

KOTAK KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...