Savannah - Bandara Internasional Savannah/Hilton Head di Savannah, Georgia, AS mungkin bandara paling aneh di dunia. Bukan dari bangunan atau fasilitas, tapi bandara ini punya 2 kuburan di landasan pacu. Beginilah, kisahnya...
Bagi Anda yang mendarat di Bandara Internasional Savannah/Hilton Head saat melancong ke AS, perhatikanlah landasan pacu nomor 10 di sana. Ada dua kotak persegi panjang di landasan pacunya dan terlihat jelas dari ketinggian. Siapa sangka, kalau itu adalah kuburan!
Masih tak percaya? Cobalah Anda buka Google Maps di internet. Lalu, cari tulisan Savannah/Hilton Head International Airport. Kemudian, zoom lebih dekat di pertengahan Runway 10 dan Anda bakal menemukan dua kuburan tersebut dengan jelas dalam posisi diagonal.
Kedua kuburan tersebut atas nama Richard Dotson dan istrinya, Catherine Dotson. Pasangan ini menikah selama 50 tahun dan tinggal di Savannah, tepatnya di lokasi Bandara Internasional Savannah/Hilton Head sekarang. Catherine meninggal tahun 1877 dan Richard pun menyusulnya tahun 1884.
Sejarahnya, pasangan tersebut memang lama menetap di Savannah dan memiliki lahan yang luas. Lahan mereka berupa hutan dan ladang pertanian, serta hidup makmur. Bahkan, keturunan keluarga Dotson pun masih ada hingga sekarang.
Namun pada masa Perang Dunia II, pemerintah AS menginginkan lahan milik keluarga Doston tersebut untuk kepentingan perang. Pemerintah AS pun ingin membangun banker dan landasan udara untuk pesawat tempur mereka. Pihak keluarga Dotson awalnya tidak setuju, tapi akhirnya pemerintah AS sepakat untuk membeli lahan mereka.
Namun, persoalan tak sampai di situ. Ketika pemerintah AS ingin membangun bandara untuk pesawat tempur, di sana terdapat hampir 100 kuburan keluarga Datson. Semuanya bisa dipindahkan ke pemakaman Bonaventure, tapi hanya ada dua kuburan yang ditolak oleh keluarga Datson untuk dipindahkan.
Ini dia kuburan Richard dan Catherine Datson di Bandara Internasional Savannah/Hilton Head (foxnews.com) |
Bandara Internasional Savannah/Hilton Head (savannahnow.com) |
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment